Penatalaksanaan Awal pada Kasus Gastroskisis
Ridho Ardhi Syaiful, Novi Kurnia, Alldila Hendy PS, Aris
Ramdhani, Dennis William Pratama, Bayu Agung Alamsyah
Departemen Ilmu Bedah, FKUI/RSCM,
Jakarta, Indonesia, September 2014
ILUSTRASI
KASUS
Bayi perempuan dirujuk ke RSCM karena lahir dengan
usus terburai di luar rongga perut sejak 3 jam SMRS. Pasien lahir dengan Sectio Caesaria, cukup bulan, BBL 2.900
gram, AS 8/9. Pasien merupakan anak ketiga, tidak ada riwayat kelainan
kongenital pada keluarga. Ibu pasien ANC tidak teratur di bidan. Riwayat sakit
dan konsumsi rokok selama kehamilan disangkal.
Pasien dibawa dalam kondisi tampak sakit sedang,
suhu 36,8oC, pernapasan 48x/menit, nadi 136 x/menit dengan CRT>3”.
Terlihat gaster sampai colon transversum terburai tertutup kassa lembab. Pasien
dihangatkan, diberi O2 1 L/menit. Defek abdomen ditutup dengan urine bag. Pasien diberikan antibiotik, dipasang OGT. Pada hari ke-2
perawatan dilakukan pemasangan blood bag.
Penutupan defek dilakukan pada hari ke-7 perawatan. Pasca tutup defek pasien
dirawat di PICU, setelah kondisi stabil, pasien dipindahkan ke ruang rawat
bedah anak. Selama perawatan tidak ada instabilitas suhu, tidak sesak, tidak
desaturasi, urine output > 1 cc/kg/jam. Pasien sudah minum per oral dengan
toleransi minum baik. Pasien sudah rawat jalan.
TINJAUAN
PUSTAKA
Defek dinding abdomen kongenital merupakan penyakit
dengan spektrum yang luas, termasuk gastroskisis, omfalokel, prune belly syndrome, dan kelainan
lainnya. Perbandingan berbagai jenis defek dinding abdomen kongenital dapat
dilihat pada tabel 1.
Gastroskisis dan omfalokel adalah dua jenis defek
dinding abdomen kongenital yang paling sering ditemukan.1 Gastroskisis
adalah defek paraumbilikal pada dinding abdomen anterior yang menyebabkan
herniasi visera abdomen di luar rongga abdomen. Omfalokel adalah defek pada midline dinding abdomen ventral dimana
lapisan otot abdominal, fasia, dan kulit tidak terbentuk, sehingga visera hanya
ditutupi peritoneum dan membran amnion.
Kedua kelainan ini memiliki etiologi yang berbeda.
Gastroskisis disebabkan oleh insufisiensi vaskular selama pembentukan dinding
abdomen anterior. Sesuai teori ini, salah satu faktor risiko gastroskisis
adalah paparan terhadap zat-zat yang dapat menyebabkan insufisiensi vaskular
selama trimester pertama kehamilan seperti obat-obatan vasoaktif, asap rokok,
narkoba, dan toksin lingkungan lainnya. Faktor risiko lainnya termasuk usia ibu
muda, status sosioekonomi rendah, ANC yang kurang baik, serta primigravida.
Gastroskisis seringkali disertai atresia intestinal, yang juga berhubungan
dengan insufisiensi vaskular, ataupun malrotasi. Omfalokel disebabkan oleh
gangguan penutupan lipatan pada usia
kehamilan 3-4 minggu. Sesuai dengan etiologinya, omfalokel seringkali disertai
kelainan kongenital lainnya, terutama pada midline.
Sebagian besar mortalitas pada omfakel berhubungan dengan kelainan penyerta
pada jantung atau kromosom. 1,2
Diagnosis dapat dilakukan pada masa prenatal. Defek
dinding abdomen dapat terdiagnosis selama pemeriksaan ANC melalui USG pada
trimester kedua atau ketiga (sensitivitas 60-75%, spesifisitas 95%). Pada
minggu ke-6 kehamilan terjadi herniasi fisiologis dari visera. Usus kembali ke
dalam rongga abdomen pada minggu ke-10 sampai ke-12 kehamilan seiring dengan
penutupan dinding abdomen. Gastroskisis dapat terdiagnosis pada USG mulai
minggu ke-12 kehamilan, akan terlihat hernia free-floating tanpa kantong dengan insersi korda umbilikalis yang
normal. Visera seringkali edema dan tebal sehingga terlihat gambaran
hiperekogenik berbentuk seperti kembang kol atau terdapat tepi yang kasar.
Gambaran ini dapat dibedakan dengan omfalokel, dimana terlihat hernia
terbungkus kantong dengan korda umbilikalis pada bagian puncak kantong.4,5,6
Diagnosis pascanatal cukup jelas dengan inspeksi defek. 2,7
Manajemen awal dilakukan sesuai prinsip ABC.
Dekompresi lambung penting dilakukan untuk mencegah distensi traktus
gastrointestinal serta aspirasi. Setelah resusitasi berhasil dan pasien stabil,
dilakukan evaluasi defek abdomen. Terdapat perbedaan dalam manajemen antara
kasus gastroskisis dengan omfalokel.8
Diperlukan perhatian khusus pada pasien dengan gastroskisis
untuk mencegah kehilangan panas dan evaporasi dari visera yang terekspos dengan
kontrol suhu lingkungan dan pemasangan bag
menutupi defek. Perlu dilakukan penilaian pada dasar pedikel vaskular
mesenterik usus yang mengalami herniasi, cegah puntiran dengan mereduksi visera
dalam posisi vertikal dan cegah strangulasi akibat ukuran defek yang terlalu
kecil.1,2 Oklusi vena mesenterik akan menyebabkan edema usus yang
kemudian nyebabkan ileus, menghambat kontraktilitas usus, serta meningkatkan
permeabilitas usus sehingga dapat terjadi translokasi bakteri dan sepsis.1,9
Pada omfalokel membran penutup visera perlu dijaga agar tetap intak dan
lembab. Stabilisasi kantong untuk mencegah trauma. Bila kantong omfalokel
ruptur, visera yang terpapar ditangani seperti gastroskisis. Jika kondisi
pasien dengan omfalokel stabil, perlu dilakukan evaluasi terhadap kemungkinan
kelainan penyerta.1,2
Pada gastroskisis
dan omfalokel, tujuan
utama adalah reduksi visera yang
mengalami herniasi masuk
kembali ke dalam
abdomen dan untuk menutup fasia serta kulit untuk
menciptakan dinding abdomen yang solid dengan umbilikus yang relatif normal.
Tindakan yang dapat dilakukan bervariasi tergantung pada ukuran dan jenis
defek, ukuran bayi serta ada tidaknya kelainan lain yang berhubungan.8
Sesegera mungkin setelah resusitasi awal dan
stabilisasi, pasien dengan gastroskisis dilakukan operasi untuk penutupan
primer atau pemasangan silo dan
reduksi bertahap bila penutupan primer tidak memungkinkan. Keputusan apakah
pasien dapat mentoleransi reduksi tergantung pada tekanan intraabdomen.1,2,8
Tekanan intra abdomen yang tinggi akan menyebabkan gangguan compliance toraks, menghambat ekspansi
paru, mengganggu aliran balik dan sirkulasi sistemik.10 Tekanan
intra abdomen < 20 mmHg dan/atau Splanchnic
Perfusion Pressure > 43 mmHg intra operatif berkorelasi dengan
kesuksesan penutupan defek tanpa komplikasi.1,11 Penutupan defek
abdomen dilakukan menurut teknik Robert Gross, dengan pembuatan flap kulit melalui insisi pada bagian lateral
abdomen.12
Pada omfalokel yang relatif kecil, penutupan primer
dapat dilakukan dengan insisi membran omfalokel, reduksi hernia visera dan
penutupan fasia dan kulit. Ketika penutupan primer tidak dapat dilakukan, salah
satu cara konservatif yang dapat dilakukan adalah mengoles permukaan kantong
omfalokel dengan silver sulfadiazine untuk
merangsang epitelisasi. Setelah epitelisasi lengkap, dilakukan kompresi dengan
plester elastik untuk mereduksi isi kantong secara gradual, kembali ke rongga
abdomen.13 Untuk omfalokel yang besar dapat juga dilakukan reduksi
bertahap dengan penggunaan Silo bag.2
Pasca operasi, perlu diperhatikan dukungan
respirasi, nutrisi, serta pencegahan infeksi dengan perawatan luka dan
penggunaan antibiotik.1,2 Pada anak jenis pernapasan abdominotorakal
bersifat dominan, penutupan defek dinding abdomen akan menyebabkan peningkatan
tekanan intra abdomen yang kemudian akan mengganggu pernapasan sehingga
ventilator perlu dipasang. Dukungan nutrisi juga berperan penting. Immediate Enteral Nutrition setelah 24
jam pasca operasi dapat memacu motilitas usus yang terganggu akibat edema dan
mencegah malnutrisi.9 Pasien boleh makan per oral distensi abdomen
dan produksi NGT berkurang, serta mulai ada pasase feses.1
Prognosis pada pasien gastroskisis bergantung pada
kondisi visera yang terekspos, penebalan dinding usus > 3mm, dan dilatasi
usus > 17mm saat lahir berhubungan dengan prognosis lebih buruk.14
Pada pasien dengan omfalokel, survival
rate mencapai 70-95% tergantung pada usia kehamilan, ukuran defek, dan ada
tidaknya anomali lain, terutama kelainan jantung atau kromosom.1
Secara umum, pasien dengan gastroskisis memiliki prognosis yang lebih baik
daripada pasien dengan omfalokel. Survival
rate gastroskisis mencapai 90-95%.2 Pada jangka panjang, pasien
yang menjalani repair dengan skin flap berisiko mengalami hernia
ventralis.15
PEMBAHASAN
Penanganan
pertama dilakukan sesuai prinsip ABC, dengan pemberian oksigen, pemberian cairan intravena
dan menghambat kehilangan air melalui penguapan dari defek
abdomen. Salah satu tindakan yang perlu dilakukan sebagai pertolongan pertama
adalah pemasangan urine bag untuk menutup defek abdomen. Bag ini berfungsi untuk mencegah penguapan berlebihan dan
dehidrasi, mencegah infeksi, serta edema visera. Bag sebaiknya transparan sehingga kondisi visera dapat dipantau. Pemasangan OGT dilakukan untuk mencegah
aspirasi serta untuk
dekompresi agar tidak terjadi dilatasi usus yang berlebihan, kemudian dapat
dipasang kateter urin untuk menilai urine output sebagai parameter pemantauan status hidrasi pada pasien. Pada pasien ini
ditentukan target rehidrasi adalah produksi urin mencapai 1-2 cc/kgBB/jam. Setelah resusitasi berhasil, defek dinding abdomen dapat dievaluasi
untuk tindakan selanjutnya.
Setelah pasien
stabil, tindakan korektif dapat dilakukan. Pada pasien ini dilakukan pemasangan Blood Bag (sebagai alternatif Silo Bag) dalam posisi vertikal untuk mencegah kinking pada mesenterium serta membantu reduksi visera ke dalam
rongga abdomen. Setelah diperkirakan dapat dilakukan reduksi visera dengan
tekanan intraabdomen yang tidak terlalu tinggi, dapat dilakukan penutupan defek
secara definitif.
Tujuan
utama dalam manajemen operatif pada pasien dengan gastrokisis adalah mereduksi visera yang mengalami
herniasi agar masuk kembali
ke dalam rongga abdomen
dan menutup fasia serta kulit untuk menciptakan dinding abdomen
yang solid dengan umbilikus yang relatif normal. Setelah dilakukan operasi,
pasien harus dirawat di PICU untuk pemantauan ketat, tanda vital, status hidrasi, nutrisi dan
penyembuhan luka pascaoperasi. Pada hari rawat ke-7 pascaoperasi, pasien hemodinamik stabil. Telah dicoba diet enteral dan toleransi minum baik, produksi OGT
jernih, dan produksi feses sudah ada sehingga pasien sudah dapat rawat jalan.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Klein
MD. Congenital defects of the abdominal wall. In: Coran AG, Caldamone A, Adzick
NS, Krummel TM, Laberge JM, Shamberger R (eds). Pediatric surgery. 7th
ed. Philadelphia: Mosby; 2012.
2. Wilson
RD, Johnson MP. Congenital abdominal wall defects: an update. Fetal Diagn Ther
2014;19:385-98.
3. Kumar
P. Gastrochisis. In: Kumar P, Burton BK (eds). Congenital Malformations.
Chicago: McGraw-Hill; 2008.
4. Ragarwal.
2005. Prenatal diagnosis of anterior abdominal wall defect: Pictorial essay.
Ind J Radiol Imag;15:3:361-372
5. Blazer
S, Zimmer EZ, Gover A, Bronshtein M.
Fetal omphalocele detected early
in pregnancy: associated anomalies and outcomes. RSNA. 2004;232:191-5.
6. Grigore
M, Iliev G, Gafiteanu D, Cojocaru C. The fetal abdominal wall defects using 2D
and 3D ultrasound: Pictorial essay. Med Ultrason. 2012;14(4):341-7.
7. Hunter
A, Soothill P. Gastroschisis—an overview. Prenat Diagn 2002;22(10):869–73.
8. Ledbetter
DJ. Gastroschisis and omphalocele. Surg Clin N Am 2006;86:249–60.
9. Moore-Olufemi
SD, Padalecki J, Olufemi SE, Xue H, Oliver DH, Radhakrishnan RS, et al.
Intestinal edema: effect of enteral feeding on motility and gene expression. J
Surg Res. 2009 Aug;155(2):283-92.
10. Chaplunik
S, Suk P, Vlcek P, Korbicka J, Veverkova L, Masek M, et al. Intraabdominal
pressure and perfusion of splanchnic organs following major surgeries in the abdominal
cavity. Scripta Medica. 2006 June;79(2):85-92.
11. McGuiden
RM, Mullenix PS, Vegunta R, Pearl RH, Sawin R, Azarow KS. Splanchnic perfusion
pressure: a better predictor of safe primary closure than intraabdominal
pressure in neonatal gastroschisis. J Pediatr Surg. 2006 May;41(5):901-4.
12. Gross
RE. A new method for surgical treatment of large omphaloceles. Surgery.
1948;24:277-92.
13. Blazer
S, Zimmer EZ, Gover A,
Bronshtein M. Fetal omphalocele detected early in
pregnancy: Associated anomalies and outcomes. 2004. RSNA;232:191-195.
14. Baerg
J, Kaban G, Tonita J, Pahwa P, Reid D. Gastroschisis: a sixteen-year review. J
Pediatr Surg. 2003;38(5):771–4.
15. Swartz
KR, Harrison MW, Campbell JR, Campbell TJ. Ventral hernia in the treatment of
omphalocele and gastroschisis. Ann Surg. 1985 Mar;201(3):347-50.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar