Halaman
▼
Kamis, 31 Desember 2015
Sabtu, 19 Desember 2015
Kemeriahan Hari Ulang Tahun RS CiptoMangunkusumo ke 96
Pada
tahun 19 November 2015, RSCM merayakan hari jadi nya yang ke-96. Pada tahun ini dirayakan pada tanggal 10-12
Desember 2015. Terdapat berbagai rangkaian acara perayaan HUT RSCM yang ke-96,
antara lain: turnamen futsal, happy soccer, lomba fotografi, pameran, 5km-funwalk, 15km-funbike, band performance
serta ditutup dengan penampilan artis Geisha dan Ayu Ting Ting.
Kali ini Departemen Medik Ilmu Bedah mendapat
kehormatan untuk menjadi koordinator acara perayaan HUT RSCM ke-96, dimana Dr. dr. Toar J.M. Lalisang,SpB(K)BD sebagai Kepala Departemen Medik
Ilmu Bedah yang menjadi ketua panitia dari perayaan HUT RSCM.
Berbagai persiapan telah dilakukan oleh Departemen Medik
Ilmu Bedah dalam menyambut perayaan HUT RSCM. Rangkaian acara
perayaan dimulai dengan turnamen sepak bola ‘happy soccer’ yang diadakan pada tanggal 5-6 Desember 2015 di
lapangan sepakbola Bea Cukai, Rawamangun. Turnamen ini dimenangkan oleh tim
konsulen, tim mahasiswa di peringkat kedua, dan tim karyawan di peringkat
ketiga.
Perayaan
lalu dilanjutkan dengan pameran booth
seluruh departemen, instalasi, dan unit kerja RSCM yang berlokasi di lobi RSCM
Kiara pada tanggal 10-12 Desember 2015. Setiap departemen menampilkan booth masing-masing dengan berbagai
hiasan dan tampilan yang menarik. Pameran ini juga dilaksanakan bersamaan
dengan pameran lomba fotografi.
Sabtu, 12 Desember 2015 merupakan
acara puncak perayaan HUT RSCM ke-96. Selain diadakannya berbagai kegiatan
seperti funbike, funwalk, lomba fotografi diadakan pula festival band terbatas 10
peserta band yang berasal dari RSCM maupun FKUI untuk ikut memeriahkan acara
sekaligus menjadi ajang menampilkan kreativitas seni musik di lingkungan
RSCM. Kali ini festival band diikuti
oleh 9 tim yaitu : Departemen Penyakit Dalam, Departemen Bedah Saraf,
Departemen Bedah, Departemen Anestesi, Departemen Urologi, Departemen
Radioterapi, Mahasiswa FKUI, Departemen Obstetri dan Ginekologi, dan ICU.
Masing- masing tim membawakan 2 lagu. Lagu yang dibawakan pun beragam dari pop,
rock, jazz, hingga dangdut pun ada. Departemen Bedah sendiri pun ikut mengirimkan wakilnya yang
terdiri dari dr.David, dr.Medhan, dr.Vania, dr.Tama, dr.Arsan, dan dr.Aris yang
membawakan lagu dari Dewa 19 dan Godbless.
Video band performance Bedah Umum FKUI bisa dilihat pada link di bawah
ini:
Tim juri terdiri dari 3 dokter
termasuk diantaranya Direktur RSCM Dr.
dr. Czeresna Heriawan Soejono, Sp.PD., K.Ger., M.Epid, dr.Heriani Tobing,
SpKJ(K), dan dr.Hanif Gordang Tobing, SpBS(K). Akhirnya tim juri memutuskan
juara untuk festival band jatuh kepada Departemen Bedah Saraf (juara 3),
Departemen Radioterapi (juara 2), dan Departemen Obstetri dan Ginekologi (juara
1).
Setelah festival band berakhir acara ditutup dengan penampilan bintang
tamu yang sangat dinantikan oleh penonton yaitu Geisha dan Ayu Ting-Ting.
Semuanya senang dan ikut bernyanyi. Sekali lagi, selamat ulang tahun RSCM
yang ke-96! Tetap selalu menolong dan memberikan yang terbaik!
(Harsya, Nissa, Ridho)
Minggu, 13 Desember 2015
Penanganan Fistula Rektovagina dari Sudut Pandang Bedah Digestif
Alldila Hendy PS, Agi Satria
P*
*)Departemen Ilmu Bedah
Divisi Bedah Digestif FKUI-RSCM
Pendahuluan
Fistula rektovagina
adalah adanya hubungan garis epitel antara rektum dengan vagina. Pendekatan
operasi pada penyakit ini memiliki berbagai macam faktor termasuk ukuran,
lokasi, kondisi jaringan sekitar dan penyakit yang berhubungan, seperti inflamatory bowel disease.
Etiologi
Penyebab tersering
fistula rektovagina adalah trauma obstetri. Persalinan tahap kedua yang lama
dengan nekrosis iskemia pada septal rektovagina berkontribusi terbentuknya
fistula. Risiko lainnya termasuk persalinan letak tinggi dengan forsep,
distosia bahu, episiotomi midlinea, laserasi perineum derajat 3 atau 4. Dari
100% kejadian fistula pada obstetri, 74% vesikovagina, 21% vesikovagina dan
rektovagina, 5% hanya rektovagina saja. Fistula rektovagina juga dihubungkan
dengan keganasan serviks, rektum, uterus dan vagina terutama pada keadaan
sedang terapi radiasi.
Diagnosis,
Klasifikasi, dan Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis
pada rektovagina adalah keluarnya feses atau campuran feses dengan air dari
vagina. Terkadang terdapat gejala infeksi saluran kemih, diare, nyeri perut
hingga kecurigaan adanya inflammatory
bowel disease. Klasifikasi fistula rektovagina terdiri dari letak rendah
(low), sedang (mid) dan tinggi (high).
Rektovaginal
fistula dapat terjadi sepanjang septum antara vagina dengan rectum, biasanya
terjadi dari Linea Dentata kearah proksimal direktum yang berhubungan dengan
sisi vorniks posterior vagina. Bila
terjadi pada sisi distal Linea Dentata sering disebut sebagai Anovaginal. Tetapi
semua fistula yang terjadi diseluruh tempat tersebut dikenal sebagai
Rektovaginal Fistula.
Pada letak rendah,
pembukaan fistula berada di dekat forset vagina posterior, sedangkan letak
tinggi adalah pembukaan fistula di belakang atau di dekat serviks, dan letak
sedang (mid) dimana pembukaan fistula berada ditengah antara pembukaan letak
rendah dan tinggi.
Pendekatan pertama
pada fistula rektovagina tidak hanya mengidentifikasi fistulanya namun harus
melihat kondisi jaringan sekitar fistula apakah terdapat perubahan inflamasi,
seperti abses, stenosis, jaringan parut, dan semacamnya. Fistula letak rendah
dengan mudah dapat dilihat dan diraba pada pemeriksaan fisik, dapat
dikonfirmasi dengan pemeriksaan colok dubur, anoskopi atau pemeriksaan
spekulum. Jika fistula tidak terlihat pada pemeriksaan fisik dapat menggunakan
barium enema dengan lateral view.
Pemeriksaan ini penting untuk melihat distal rektum dan saluran anal karena
balon kateter menyumbat lubang fistula. Alternatif lain menggunakan tampon yang
ditempatkan pada vagina lalu rektum diberikan enema metilen biru, apakah tampon
terwarnai atau tidak. Bila terdapat metilen biru pada tampon sehingga
didapatkan adanya fistula. pemeriksaan penunjang lain dapat menggunakan MRI.
Pilihan
Terapi pada Fistula Rektovagina
Meskipun tatalaksana utama pada
rektovagina adalah pembedahan, namun ada beberapa pengecualian. Pasien dengan
fistula kecil dan gejala minimal dapat dilakukan bowel management, fistula kecil akan dapat menutup dengan
sendirinya. Terapi medis, imunomodulator, memiliki peranan penyembuhan pada
fistula rektovagina dengan penyakit Crohn.
Pilihan Tehnik Pembedahan
pada Fistula Rektovagina
Timing of Surgery
Waktu yang tepat untuk dilakukan
tindakan pembedahan masih kontroversial. Secara umum, pembedahan dapat
dilakukan selama jaringan sekitar dari fistula rektovagina tampak lembut.
Beberapa kasus, fistula akibat obstetri, dapat ditunggu hingga 3 bulan untuk memaksimalkan
kondisi dari jaringan sekitar fistula sampai kemungkinan terjadinya penutupan
spontan pada periode post partum. Dengan menunggu 3 sampain 6 bulan dapat
memberikan keuntungan bagi pasien dan doker bedah dari intervensi yang lebih
jauh lagi.
Tehnik
Transperineal
Tehnik transperineal adalah tehnik yang
umum dikerjakan. Penderita dalam posisi litotomi, dilakukan sayatan didaerah
perineum pada septum, prinsipnya memisahkan rectum dengan vagina, tentunya
dapat mengenai sphingternya. Tehnik ini popular dipakai pada fistula mid dan
distal. Setelah dipisahkan lapis perlapis, tepi-tepi defek dieksisi sampai
jaringan sehat dan dijahit interrupted , baik disisi rectum ataupun disisi
vagina.
Tehnik transperineal
Tehnik
Sliding Flap Repair
Tehnik ini diperkenalkan
pertama kali pada tahun 1902, terdiri dari splitting
sekat rektovagina, diseksi bagian ujung bawah rektum dari vagina dan menarik
dinding anterior kebawah dan kebagian luar anus. Prosedur ini bagus digunakan
pada fistula letak rendah yang sederhana, yang belum memiliki riwayat
pembedahan sebelumnya, fistula akibat trauma obstetri (tanpa ada kelainan dari
sfingter) dan pasien dengan Crohn rektovaginal tanpa prositis.
Prosedur tindakan
1. Pasien dipersiapkan persiapan usus (mechanical
bowel preparation) dan antibiotik sehari sebelum tindakan.
2.
Ditempatkan dalam prone jackknife position, dengan pantat
disesuaikan agar saluran anal dan fistula terpajan dengan baik. Lalu dipasang
kateter
3.
Flap trapezoid yang terdiri dari
mukosa, submukosa dan bagian dari sfingter interna diangkat. Bagian dasar dari
flap miminal dua kali lipat dari lebar apeks dan dapat diperluas minimal 4 cm.
4.
Sebelum flap dimajukan dan
ditutup, lakukan disesksi kearah lateral untuk mendapatkan tension-free saat flap ditutup, kemudian sfingter interna digerakan, diplikasi dan diaproksimasi diatas
fistula.
5.
Selanjutnya flap digerakan turun
ke saluran anal dan ditanamkan dengan jahitan absorbable
6. Pasien kemudian harus diobservasi terlebih dahulu dalam semalam setelah
dilakukan tindakan.
Sliding flap repair
Pada tehnik ini,
apabila ditemukan adanya kelainan atau kerusakan pada sfingter anal maka harus
dilakukan juga sfingteroplasti. Lamanya perawatan di rumah sakit apabila
diikuti dengan tindakan sfingteroplasti, dan pasien harus menghindari hubungan
seksual selama 6 hingga 8 minggu.
Keuntungan dari tehnik sliding flap repair adalah tidak ada
luka di perineum, nyeri minimal, tidak ada sfingter interna yang dipotong,
tidak perlu dilakukannya diversi stoma dan deformitas pasca operasi seperti keyhole fenomena pada pasca tindakan
fistulotomi tidak terjadi. Angka keberhasilan pada tehnik ini 29% hingga 100%.
Penyebab kegagalan yang sering terjadi adanya iskemik pada flap, hematome dan
infeksi pada flap. Namun outcome tehnik ini memiliki keberhasilan yang lebih
baik pada fistula rektovagina akibat trauma obstetri daripada diakibatkan oleh inflammatory bowel disease.
Tehnik pembedahan pada fistula
rektovagina lainnya bermacam-macam, yaitu:
1.
Tehnik Anocutaneus Flap
Tehnik ini menggunakan flap dari
anokutan, mengangkat anoderm dan kulit perianal kemudian dimajukan masuk
kedalam anal kanal. Tehnik ini biasa digunakan pada fistula yang sangat distal,
namun sulit diaplikasikan karena kurangnya kulit perineum. Yang termasuk
prosedur dari tehnik ini adalah:
a.
Advancement sleeve flap
b.
Transperineal repair
c.
Preineoproctotomy with layered
closure
d.
Episioproctotomy and cloacal
defects
e.
Fistulotomy
2.
Tehnik Tissue Interposition
Tujuan prosedur ini adalah
menyediakan tension-free dan jaringan
yang bervaskularisasi baik. Jaringan yang dapat digunakan adalah otot grasilis,
rektum, gluteus, dan bulbovaernosus, serta omentum.
3.
Tehnik Abdominal Procedure
Digunakan pada fistula yang
kompleks, dimana biasanya terjadi akibar efek radiasi terapi atau terdapat
operasi pelvis sebelumnya sehingga tidak memungkinkan menggunakan tehnik
pembedahan lokal. Tehnik ini juga dapat digunakan pada jenis fistula
rektovagina letak tinggi.
4.
Modified Martius Flap Procedure
Prinsip pada tehnik ini
adalah menggunakan jaringan sehat yang menyediakan neovaskularisasi pada perineal space. Jaringan yang digunakan
adalah jaringa fibroadiposa dimana arteri yang terlibat adalah cabang dari
arteri pudendal eksterntal dan pudendal internal. Tehnik ini tidak dapat digunakan
pada jaringan yang inflamasi sehingga biasanya sering diikuti dengan pembuatan
diversi kolostomi.
Referensi
1. David E, Brett R, Salim A, Cynthia S. Rectovagina fistulas: current
surgical management. Clin Colon Rectal Surg 2007; 20(1):96-101.
2.
Reichert M, et al. Surgical
approach for repair of rectovaginal fistula by modified martius flap. Geburtsh
Frauenheilk 2014; 74(1):923-7.
3.
Ellis CN. Tehnik transperineal:
Dalam: Steven D, James WF (editor). Colon
and Rectal Surgery, Anorectal Operations. hal.1809-20.
4.
Jill C, Patricia L. Rectovaginal
and rectourethral fistulas: Dalam: Steven D, James WF (editor). Colon and Rectal Surgery, Anorectal
Operations. hal.85-92.
5.
Feride K, et al. Differentiated
surgical treatment of rectovaginal fistulae. GMS interdisciplinary plastic and
reconstructive surgery 2012; 1:2-6.
6. Michael AV, Tracy LH. Contemporary surgical management of rectovaginal
fistula in crohn’s disease. World J Gastrointest Pathophysiol 2014 November;
5(4): 487-95.
Rabu, 02 Desember 2015
Sabtu, 31 Oktober 2015
Trauma Jaringan Lunak (Fingertip Injury)
Trauma Jaringan Lunak (Fingertip Injury)
Metode Evaluasi dan
Penanganan
dr. Nandya Titania Putri, dr. Akhmad Noviandi
Fingertip
injury merupakan salah satu jenis trauma yang sering
ditemukan pada pelayanan akut. Bagian ujung jari memiliki peran sebagai
aktivitas motorik halus dan memberikan persepsi sensasi secara tepat, dan
berkontribusi pada estetik.
Teknik rekonstruksi
bagian ujung-ujung jari sangat banyak, pertimbangan yang hati-hati diperlukan
untuk menentukan metode terbaik bagi masing-masing pasien. Dengan pengetahuan
mengenai anatomi dan penanganan trauma, dapat ditentukan tahapan manajemen dan
terapi untuk pasien.
Fingertip atau
ujung jari didefinisikan sebagai bagian distal jari hingga insersi dari tendon
fleksor (flexor digitorum profundus) dan ekstensor phalang distal. Perionychium
membentuk bagian dorsal dari ujung jari dan memainkan peran penting untuk
proteksi ujung jari, bantalan persepsi atau sensasi, dan estetika ujung jari.
Kuku dan bantalan kuku melekat satu sama lain dan juga melekat Hyponychium
berada di bagian distal batas kuku membatasi bantalan kuku (nail bed) dan kulit ujung jari .
Epidermis pada ujung
jari tebal dengan lekukan sidik jari yang unik. Bagian ujung jari (volar pulp) berkontribusi lebih dari
separuh (56%) volume ujung jari, dan berperan dalam propriosepsi dan sensasi.
Bagian ini adalah salah satu bagian penting yang perlu dipertimbangkan dalam
rekonstruksi.
Gambar
1. Anatomi fingertip
Evaluasi
Dimulai dari riwayat
penyakit dan pemeriksaan fisik. Penting dipertimbangkan berdasarkan usia
pasien, gender, pekerjaan, tangan dominan, dan mekanisme trauma. Anak-anak
diperlakukan berbeda dibandingkan orang dewasa, wanita diperlakukan berbeda
dengan pria. Tangan dominan perlu diperlakukan khusus dibanding tangan
sebelahnya.
Pemeriksaan komplit
perlu dilakukan, status neurovascular dan sistem tendon diperiksa secara
sistematik. Radiografi jari spesifik harus dilakukan untuk menilai adanya
fraktur phalang pada jari atau benda asing. Pemeriksaan juga perlu sistematis,
dimulai dari luas defek, tulang yang ekspos, dan geometri luka. Komposisi dari
jaringan yang teramputasi diklasifikasikan ke dalam kulit, otot yang terlepas,
tulang, dan bed kuku (nail bed).
Gambar
2. Geometri cedera. Garis A, volar oblique tanpa tulang yang terekspose; Garis
B, volar oblique dengan tulang terekspose; Garis C, transverse (tegak) dengan
tulang terekspose; Garis D, dorsal oblique dengan tulang terekspose.
Penanganan
Penanganan dengan
tujuan fungsi yang mendekati normal dan bentuk estetik yang baik. Berikut
algoritma yang dapat menjadi pilihan untuk penanganan pasien:
Gambar 3. Algoritma pemilihan
prosedur untuk penutupan fingertip injury
berdasarkan geometri. (Gambar diunduh dari Lemmon J, Janis JE, Rohrich RJ. Soft
tissue injuries of the fingertip: method of evaluation and treatment. An
algorithmic approach. American Society of Plastic Surgeon. 2008.)
Gambar 4. Algoritma pemilihan
prosedur untuk penutupan fingertip injury
berdasarkan jari yang terlibat. (Gambar diunduh dari Lemmon J, Janis JE,
Rohrich RJ. Soft tissue injuries of the fingertip: method of evaluation and
treatment. An algorithmic approach. American Society of Plastic Surgeon. 2008.)
Gambar
5. Pilihan flap untuk menutup defek
(Gambar dari Ramirez MA, Means KR Jr. Digital soft tissue trauma: a concise
primer of soft tissue reconstruction of traumatic hand injuries. Iowa
Orthopaedic Journal. 2011.)
Berikut ini merupakan
kumpulan desain untuk penutupan defek fingertip
injury:
Gambar 6.
V-Y advancement flap. (Gambar dari Chao, J. D., Huang, J. M., and Wiedrich, T.
A. Local hand flaps. J. Am. Soc. Surg. Hand 1: 28, 2002.)
Gambar 7.
The Hueston flap. (Gambar dari Chao, J. D., Huang, J. M., and Wiedrich, T. A.
Local hand flaps. J. Am. Soc. Surg. Hand 1: 28, 2002.) Berikut ini merupakan flap lain yang
digunakan terutama jika terdapat ekspos tulang.
Replantasi
Dengan majunya
teknologi saat ini berupa bedah mikro, replantasi pada fingertip injury sangat memungkinkan dan memberikan hasil yang
baik. Banyak penelitian retrospektif yang melaporkan replantasi pada amputasi
ujung jari pada batas nail fold atau
dari nail fold hingga sendi
interphalang distal menunjukan kualitas hidup 70-86%. Teknik ini berkembang di
Negara-negara Asia, dan dipertimbangkan untuk pasien anak, wanita, dan musisi.
Jika replantasi fingertip injury
tidak memungkinkan, maka penanganan kembali lagi ke ladder of reconstruction: penyembuhan sekunder, penutupan primer,
graft kulit, homodigital flap (flap V-Y, flap Moberg, flap Hueston, dan
sebagainya).
DAFTAR PUSTAKA
1.
Lemmon
J, Janis JE, Rohrich RJ. Soft tissue injuries of the fingertip: method of
evaluation and treatment. An algorithmic approach. American Society of Plastic
Surgeon. 2008; 105e-117e.
2.
Ramirez
MA, Means KR Jr. Digital soft tissue trauma: a concise primer of soft tissue
reconstruction of traumatic hand injuries. Iowa Orthopaedic Journal. 2011; 31:
110-119
3.
Sungur
N, Kankaya Y. Bilateral V-Y rotation advancement flap for fingertip amputations.
American Association for Hand Surgery. 2012; 7: 79-85.